SEMASA Program perdana tim Pandeglang
SEMASA merupakan singakatan dari Sekolah Masyarakat Desa yang
ditujuka untuk anak-anak berusia 4-6 tahun yang belum bisa CALISTUNG
(membaca, menulis dan berhitung). Program ini dilaksanakan Rabu, 25
Februari 2015 tepat pukul 10.00 WIB lalu di Kec. Cimanggu Kab.
Padeglang-Banten. Ini merupakan program pertama dan perdana dilaksanakan
di Kp. Cijalarang Desa Tagelan Kec. Cimanggu oleh tim Pandeglang
Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa Angkatan 7. Masih ada beberapa lagi
program yang tambahan yang InsyaAllah akan dilaksanakan selama setahun
yaitu INIBERSIH (Inisiatif Air Bersih), MARAKCIS (Masyarakat Cinta
Islam) dan INSAFS (Inspiring Class For Students).
Berdasarkan
assesment yang sudah dilakukan di kecamtan masing-masing, di Desa
Tagelan lah yang berpotensi untuk diadakannya program SEMASA ini.
Menurut data yang didapatkan bahwa Desa tersebut terdapat anak-anak yang
masih berusia PAUD dan TK tetapi mereka hanya dibawa saja ke kebun
menemani orang tua mereka. Selain itu anak-anak yang tidak punya basic
membaca, menulis dan berhitung nantinya akan sulit menerima pembelajaran
ketika masuk SD. Maka dari itu program SEMASA ini kami buat agar
anak-anak tidak hanya bermain tetapi mereka juga bisa sambil belajar.
Dengan
memulai pembelajaran pertama yaitu perkenalan dilanjutkan dengan
mengajari mereka membuat garis lurus di kertas yang sudah kami sediakan.
Kertas tersebut berisikan kotak-kotak besar dengan garis putus-putus.
Pembelajaran
tersebut berakhir dengan pemberian nilai dengan conten bintang bukan
angka. Jika mendapatkan 5 bintang berarti garis mereka sempurna dan
tebal. Tetapi jika garis yang mereka buat masih kurang tebal, mereka
hanya mendapatkan 3bintang. (Nur/27/2)
Relawan Sekolah Guru Indonesia
Menjadi Guru adalah panggilan Hati
Kamis, 26 Februari 2015
Sabtu, 31 Januari 2015
AKSI MULA TIM BADAK JAWA di NEGERI UJUNG KULON
AKSI MULA TIM BADAK
JAWA di NEGERI UJUNG KULON
Pandeglang
adalah tempat yang diamanahkan pada kami untuk mengabdikan diri sebagai relawan Sekolah Guru
Indonesia Dompet Dhuafa. Terbagi ke dalam 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Cibaliung
(Heriyanto), Kecamatan Cimanggu (Ulfa Wardani), Kecamaatan Cibitung (Sapto Prio
Wawan Hadi Wibowo), Kecamatan Cikeusik (Januarita Sasni) dan Kecamatan Sindang
Resmi (Nurhasanah dan Fitrianti).
Berangkat
pukul 02.35 WIB dari Bogor menuju Pandelang tepat tanggal 16 Januari 2015,
dengan Pak Neming, exsecutive driver Dompet Dhuafa. Dengan membawa banyak
sekali barang-barag yang sebagian kecilnya adalah tools perang di Negeri Badak Jawa ini. Kami rela bersempit-sempitan
dan harus berbagi oxigen di dalam
mobil APV yang mengantarkan sampai ketujuan.
Di
hari pertama ini, tujuan yang akan kami tempuh adalah ke DIKNAS Pandeglang
setempat. Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang akhirnya kamipun
tertidur pulas dimobil. Tak berapa lama, kami mendengar adzan subuh, lalu kami
pun berhenti sejenak untuk menunaikan sholat shubuh. Setelah selesai, kami pun
memulai perjalanan kembali menuju ke kota Pandeglang. Sudah hampir jam 06.00 WIB, pak Neming memberhentikan mobilnya
untuk menyuruh agar kami bersiap-siap menuju ke DIKNAS.
“Bangun-bangun,
siap-siap mah, biar ke DIKNAS dulu. Jangan gitu mukanya mah, mandi sono”, ujar
Pak Neming.
“Iya
Pak, bentar lagi nunggu antrian mah, “ Ujarku.
Mandi
bergiliran, sambil menunggu antrin aku mendengarkan musik kesayanganku. Tak
berapa lama kemudian giliranku yang mandi, ternyata airnya sudah tak bisa
mengalir, terpaksa aku haru mencuci muka saja. Walau aku sudah merasa badanku
bau sekali. Tapi tak apalah yang penting mukaku sudah tidak terlihat kusut
lagi.
Selesai
mandi aku bergegas untuk sarapan pagi di warung terdekat dimana yang lainnya
sudah sarapan. Selesai giliranku mandi mas Heri yang mandi dilanjutkan dengan
Sapto. Sapto selesai mandi dan sarapan pagi ditempat yang sama. Setelah itu
kamipun menuju DIKNAS yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat parkir
mobil kami.
Sesampai
disana kami bertemu dengan SEKDIKNAS dan beberapa kepala sekolah yang
berkesempatan dapat hadir di sana. Kami berbincang-bincang mengenai letak
geografis wilayah dari masing-masing kecamtan yang akan ditempati. Setelah
berbincang-bincang sangat lama, maka Kak Heni meminta para kepala sekolah untuk
menandatangani MoU yang telah dibuat. Seperti biasa seusai penandatangan MoU
kami pun berfoto sebagai bukti pertemuan kami dengan para aparatur DINAS
Pandeglang.
Tak
hanya itu saja, kami mengantarkan surat pemberitahuan ke POLRES Pandeglang.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat penginapan yang
bisa kami tempati agar bisa beristirahat sebagai persiapan untuk perjalanan
esok yaitu mengantarkan para Relawan Pendidikan di tempat tugas mereka
masing-masing.
Relawan Pendidikan di Negeri Badak Jawa
RELAWAN PENDIDIKAN di NEGERI BADAK
Part 1
Oleh : Nurhasanah, S. Pd
Relawan Pendidikan asal Medan
Sekolah Guru Indonesia (SGI) adalah salah satu jejaring divisi pendidikan Dompet Dhuafa yang menjaring
guru dari setiap daerah dengan komitmen melahirkan guru 3P. Guru 3P yang
dimaksud adalah guru yang transformatif dimana seorang guru tidak hanya
memiliki kompetensi mengajar dan mendidik saja tetapi juga berjiwa kepemimpinan
sosial. SGI didedikasikan untuk para pemuda yang siap mengabdikan dirinya
menjadi guru demi kemajuan pendidikan di seluruh penjuru Nusantara.
Pada tahun 2009, Sekolah Guru Indonesia (SGI) telah
membina 5 angkatan dengan total 158 Guru dan telah ditempatkan di 121 titik di
31 kabupaten daerah tertinggal, terluar dan terdepan seluruh Indonesia.
Mahasiswa yang tersaring dari berbagai daerah
sebelumnya mengikuti berbagai seleksi
atau tes yang diadakan di daerah masing-masing. Alur penyeleksian yang harus
diikuti oleh seorang calon mahasiswa tersebut:
1.
Mengikuti
seleksi administrasi berdasarkan persyaratan yang diajukan oleh pihak
Management SGI
2.
Setelah
dinyatakan lulus seleksi administrasi (berkas), calon mahasiswa berhak
mengikuti seleksi wawancara dan micro teaching
yang diadakan di wilayah yang telah dipilih oleh calon mahasiswa
3.
Setelah
seleksi tahap kedua dinyatakan lulus maka calon mahasiswa SGI harus mengikuti
masa pembinaan selama 4, 5 bulan di Bogor (perkuliahan-magang-SHARE)
4.
Selanjutnya
ketika sudah mengikuti masa pembinaan tersebut diatas, maka mahasiswa tersebut
akan siap untuk ditempatkan di daerah marginal seperti yang sudah ditetapkan
oleh management SGI.
Setiap tahunnya SGI menjaring guru dari berbagai daerah
sebanyak 60 (enam puluh orang) untuk 2 (dua) angkatan atau 2 (dua) semester.
Kini SGI sudah menjaring 7 (tujuh) angkatan. Sebanyak 5 (lima) angkatan telah
dikembalikan ke daerah masing-masing. Angkatan 6 (enam) beberapa bulan lagi
akan ditarik ke Bogor, dan angkatan 7 (tujuh) terdiri dari 30 orang mahasiswa
dari berbagai daerah Nuasantara baru saja ditempatkan di beberapa wilayah Kabupaten
di Indonesia. Diantaranya di Kab. Pandeglang, Kab. Nunukan, Kab. Kuburaya, Kab.
Wakatobi dan Kab. Sumbawa Barat. Tiap wilayah dibagi kedalam 5 tim dna
masing-masing tim terdiri dari 6 orang mahasiswa SGI.
Di wilayah Kabupaten Pandeglang saat ini sudah dikirim 6
orang guru relawan yang siap berkiprah di dunia pendidikan. Keenam guru relawan
tersebutpun berasal dari berbagai daerah dengan seorang team Leader. Keenam
orang tersebut adalah Heriyanto sebagai Team Leader (Sumbawa Barat), Sapto Prio
Wawan Hadi Wibowo sebagai Sekretaris Team (Sulawesi Tenggara), Fitrianti
(Sulawesi Selatan), Januarita Sasni sebagai Bendahara Team (Sumatera Barat),
Nurhasanah dan Ulfa Wardani (Sumatera Utara).
Guru relawan tersebut ditempatkan di daerah yang marginal
pula, tepatnya di wilayah Pandeglang bagian Selatan. Letaknya pun tidak begitu
dekat, semuanya ditempatkan didaerah yang sangat berjauhan. Setiap orang
ditempatkan pada beberapa kecamatan yaitu Heriyanto dan Januarita Sasni (Kec.
Cibaliung), Sapto Prio Wawan Hadi Wibowo (Kec. Cibitung), Ulfa Wardani (Kec.
Cimanggu) serta Nurhasanah dan Fitrianti (Kec. Sindang Resmi).
Semua relawan ini ditempatkan di Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah di masing-masing kecamatan. Sekolah tersebut adalah SDN
Kutakarang 01-Cibitung (Sapto Prio Wawan Hadi Wibowo), SDN Sindang Resmi 02-
Sindang Resmi (Nurhasanah), MI Ciherang (Heriyanto), MI Muhammadiyah Bojong
Manik (Fitrianti), MI Miftahul Huda (Ulfa Wardani) dan MI Nurul Hikmah
(Januarita Sasni).
Selama di penempatan, Guru Relawan Sekolah Guru Indonesia
Dompet Dhuafa (SGI DD) mempunyai banyak program atau target yang harus dicapai.
Diantaranya ada 9 program individu dan 3 program team. Selain 12 program wajib tersebut, ada lagi program
unggulang bagi masing-masing team yang ditempatkan di pelbagai wilayah
kabupaten. Untuk wilayah kabupaten Pandeglang sendiri, mempunyai 4 program
unggulan, yaitu SEMASA (Sekolah Masyarakat deSA), MARAKCIS (MAsyaRAKat Cinta
Islam), INIBERSIH (INisiatif aIr BERSIH) dan INSAFS (INSpiring clAss For
Students).
Selama 4 hari perjalanan mengantarkan para guru ke daerah
masing-masing bersama seorang personal TA (Technical Assistent) bernama Saudari
Henita Damanik, S. Pd SGI. Beliau adalah SGI V yang baru saja di wisuda awal
Desember 2014 dan diangkat menjadi salah satu management awal Januari 2015.
Tugas pertama beliau adalah mengantarkan SGI VII yang siap mengabdi di daerah
marginal khususnya di daerah Pandeglang bagian selatan.
Sudah hampir 9 hari di Negeri Badak Jawa ini, para guru
relawan yang awalnya berada di daerah pedesaan ini, kini ingin memperkuat sayap
mereka dengan menyambangi berbagai instansi atau lembaga pemerintahan sekitar
kabupaten serta media lokal. Tujuannya tidak lain adalah ingin bersilaturrahmi,
bersosialisasi tentang program team Pandeglang dan menjalin kerjasama dengan
pihak terkait.
Kini Tim Pandeglang sudah menyambangi beberapa instansi
dan media lokal di kabupaten ini, diantaranya DIKNAS, DEPAG, POLRES, DINKES,
Radio PARANTI dan Radio BERKAH. Masih banyak lagi instansi dan media lokal yang
menjadi target silaturahmi tim ini.(24/1/Nur)
RELAWAN PENDIDIKAN di NEGERI BADAK
Part 2
Tak hanya ingin berkiprah di Kabupaten Pandeglang saja,
SGI DD VII tim Pandeglang sendiri kini menyambangi negeri para jawara. Banten,
di sinilah perjalanan itu kembali dimulai. Bersinggah di markas Dompet Dhuafa
Banten, disambut hangat oleh Pak Mokhlas dan Pak Utsman serta rekan kerja
mereka lainnya.
Berbincang mengenai perjalanan SGI DD V tahun lalu
sekaligus memperkenalkan diri para guru relawan pendidikan yang baru yaitu SGI
DD VII tim Pandeglang.
Sabtu, 15 November 2014
Senandung Ukhuwah SDN TEGAL JAYA 2 aaaeeee BERIRAMA
Diawal kita bersua,
mencoba untuk saling memahami.
Keping-keping di hati terajut dengan indah,
— bersama Frima Rahmulia dan Peni Yanda.mencoba untuk saling memahami.
Keping-keping di hati terajut dengan indah,
rasakan persaudaraan kita.
Dan masa-pun silih berganti,
ukhuwah dan amanah tertunaikan.
Berpeluh suka dan duka,
kita jalani semua semata-mata harapkan ridho-Nya.
Sahabat, tibalah masanya,
bersua pasti ada berpisah.
Bila nanti kita jauh berpisah,
jadikan rabithoh pengikatnya,
jadikan do'a ekspiresi rindu.
Semoga kita bersua di surga.
Dan masa-pun silih berganti,
ukhuwah dan amanah tertunaikan.
Berpeluh suka dan duka,
kita jalani semua,
semata-mata harapkan ridho-Nya.
Sahabat, tibalah masanya,
bersua pasti ada berpisah.
Bila nanti kita jauh berpisah,
jadikan rabithoh pengikatnya,
jadikan do'a ekspiresi rindu.
Semoga kita bersua di surga.
Dan masa-pun silih berganti,
ukhuwah dan amanah tertunaikan.
Berpeluh suka dan duka,
kita jalani semua semata-mata harapkan ridho-Nya.
Sahabat, tibalah masanya,
bersua pasti ada berpisah.
Bila nanti kita jauh berpisah,
jadikan rabithoh pengikatnya,
jadikan do'a ekspiresi rindu.
Semoga kita bersua di surga.
Dan masa-pun silih berganti,
ukhuwah dan amanah tertunaikan.
Berpeluh suka dan duka,
kita jalani semua,
semata-mata harapkan ridho-Nya.
Sahabat, tibalah masanya,
bersua pasti ada berpisah.
Bila nanti kita jauh berpisah,
jadikan rabithoh pengikatnya,
jadikan do'a ekspiresi rindu.
Semoga kita bersua di surga.
Display kelas V SDN TEGAL JAYA 2 Kerukunan dalam Bermasyarakat
Display di kelas V SDN TEGAL JAYA 02 ala Bu Nur Hasanah Rangkuti
dengan tema : KERUKUNAN dalam BERMASYARAKAT
Sekolah Guru Indonesia - Dompet Dhuafa
Sekolah Guru Indonesia Angkatan VII
dengan tema : KERUKUNAN dalam BERMASYARAKAT
Sekolah Guru Indonesia - Dompet Dhuafa
Sekolah Guru Indonesia Angkatan VII
Minggu, 02 November 2014
Apa Yang Menghalangimu Untuk Belum Berhijab Wahai Saudariku
Apa Yang Menghalangimu Untuk Belum Berhijab Wahai Saudariku
Hijab adalah pakaian wanita muslim yang menutup bagian kepala sampai dengan kaki (termasuk didalamnya jilbab/tudung dan pakaian yang longgar tidak memperlihatkan lekuk tubuh). Bagi orang awam, masalah hijab mungkin dianggap masalah sederhana. Padahal sesungguhnya, ia adalah masalah besar. Karena ia adalah perintah Allah SWT yang tentu didalamnya mengandung hikmah yang banyak dan sangat besar. Ketika Allah SWT memerintahkan kita suatu perintah, Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu adalah untuk kebaikan kita dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan, kemuliaan dan keagungan wanita.
Seperti firman Allah SWT: "Hai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin untuk mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggunya”.(QS. Al Ahzab:59)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda: "Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, diatas kepala mereka (terdapat suatu) seperti punuk onta yg lemah gemulai. Laknatlah mereka! Sesunggunya mereka adalah wanita -wanita terlaknat."(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad(2/33))
Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga pernah bersabda: “Dua kelompok termasuk penghuni Neraka, Aku (sendiri) belum pernah melihat mereka, yaitu seperti orang yg membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuki manusia dan para wanita yg berpakaian (tetapi ) telanjang, bergoyang berlenggak lenggok, kepala mereka (ada suatu) seperti punuk unta yg bergoyang goyang. Mereka tentu tidak akan masuk Surga, bahkan tidak mendapat baunya. Dan sesungguhnya bau Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian."(HR. Muslim, hadits no. 2128).
Dimasa kini banyak alasan atau sebab yang sering dijadikan alasan mengapa para wanita enggan untuk berhijab, diantaranya:
1. Belum mantap
Bila ukhti/saudari berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Tuhan dengan perintah manusia. Selagi masih dalam perintah manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksa untuk menerimanya. Tapi bila perintah itu dari Allah SWT tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan saya belum mantap, karena bisa menyeret manusia pada bahaya besar yaitu keluar dari agama Allah SWT sebab dengan begitu ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut.
Allah SWT berfirman Allah: "Dan tidak patut bagi lelaki mukmin dan wanita mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
2. Iman itu letaknya di hati bukan dalam penampilan luar
Para ukhti/saudari yang belum berhijab berusaha menafsirkan hadist, tetapi tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian.”(HR. Muslim, Hadist no. 2564 dari Abu Hurairah).
Tampaknya mereka menggugurkan makna sebenarnya yang dibelokkan pada kebathilan. Memang benar Iman itu letaknya dihati tapi Iman itu tidak sempurna bila dalam hati saja. Iman dalam hati semata tidak cukup menyelamatkan diri dari Neraka dan mendapat Surga. Karena definisi Iman Menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah: "keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan". Dan juga tercantum dalam Al-Quran setiap kali disebut kata Iman, selalu disertai dengan amal, seperti: "Orang yg beriman dan beramal shalih....". Karena amal selalu beriringan dengan iman, keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.
3. Allah belum memberiku hidayah
Ukhti/saudari yang seperti ini terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Karena bila orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo'akan dirinya agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan sebab-sebab yang bisa mengantarkannya sehingga mendapatkan hidayah tersebut. Seperti firman Allah SWT: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra'd: 11).
Karena itu wahai uhkti/saudari, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya Anda mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah SWT. Diatara usaha itu adalah berdo'a agar mendapat hidayah, memilih kawan yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab Allah, mengikuti majelis dzikir dan ceramah agama dan lainnya.
4.Takut tidak laku nikah
Syubhat ini dibisikkan oleh setan dalam jiwa karena perasaan bahwa para pemuda tidak akan mau memutuskan untuk menikah kecuali jika dia telah melihat badan, rambut, kulit, kecantikan dan perhiasan sang gadis. Meskipun kecantikan merupakan salah satu sebab paling pokok dalam pernikahan, tetapi ia bukan satu-satunya sebab dinikahinya wanita.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal; yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yg berpegang teguh dengan agama,(jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu". (HR. Al Bukhari, kitaabun nikah,9/115).
5. Ia masih belum Dewasa
Sesungguhnya para wali, baik ayah atau ibu yang mencegah anak puterinya berhijab, dengan dalih karena masih belum dewasa, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dihadapan Allah SWT pada hari Kiamat. Karena menurut syariat ketika seorang gadis mendapatkan Haidh, seketika itu pula ia wajib untuk berhijab.
6. Orang tuaku dan suamiku melarang berhijab
Dasar permasalahan ini adalah bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus didahulukan daripada keta’atan kepada mahluk siapa pun dia. Seperti dalam hadits shahih disebutkan:
"sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan." (HR. Al Bukhari dan Muslim). Dan sabda Rasul dalam hadist lainnya: "Dan tidak boleh ta'at kepada mahluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada Al-Khaliq." (HR. Imam Ahmad, hadits ini shahih).
Maka dari itu wahai ukhti yang belum berhijab, semoga tulisan ini mejadi pembuka hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yg tertidur, sehingga bisa mengembalikan segenap akhwat yang belum menta’ati perintah berhijab, kepada fitrah yang telah diperintahkan Allah SWT.
(Dikutip dari buku terjemahan yg berjudul asli Ila Ukhti Ghairil Muhajjabah Mal Maani'u Minal Hijab? oleh Syaikh Abdul Hamid Al Bilaly).
Wallahu A’lam.
Hj. Dewi Setiani
Penulis berdomisili di Jogjakarta.
Sumber: kafemuslimah.com
Hijab adalah pakaian wanita muslim yang menutup bagian kepala sampai dengan kaki (termasuk didalamnya jilbab/tudung dan pakaian yang longgar tidak memperlihatkan lekuk tubuh). Bagi orang awam, masalah hijab mungkin dianggap masalah sederhana. Padahal sesungguhnya, ia adalah masalah besar. Karena ia adalah perintah Allah SWT yang tentu didalamnya mengandung hikmah yang banyak dan sangat besar. Ketika Allah SWT memerintahkan kita suatu perintah, Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu adalah untuk kebaikan kita dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan, kemuliaan dan keagungan wanita.
Seperti firman Allah SWT: "Hai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin untuk mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggunya”.(QS. Al Ahzab:59)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda: "Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, diatas kepala mereka (terdapat suatu) seperti punuk onta yg lemah gemulai. Laknatlah mereka! Sesunggunya mereka adalah wanita -wanita terlaknat."(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad(2/33))
Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga pernah bersabda: “Dua kelompok termasuk penghuni Neraka, Aku (sendiri) belum pernah melihat mereka, yaitu seperti orang yg membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuki manusia dan para wanita yg berpakaian (tetapi ) telanjang, bergoyang berlenggak lenggok, kepala mereka (ada suatu) seperti punuk unta yg bergoyang goyang. Mereka tentu tidak akan masuk Surga, bahkan tidak mendapat baunya. Dan sesungguhnya bau Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian."(HR. Muslim, hadits no. 2128).
Dimasa kini banyak alasan atau sebab yang sering dijadikan alasan mengapa para wanita enggan untuk berhijab, diantaranya:
1. Belum mantap
Bila ukhti/saudari berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Tuhan dengan perintah manusia. Selagi masih dalam perintah manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksa untuk menerimanya. Tapi bila perintah itu dari Allah SWT tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan saya belum mantap, karena bisa menyeret manusia pada bahaya besar yaitu keluar dari agama Allah SWT sebab dengan begitu ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut.
Allah SWT berfirman Allah: "Dan tidak patut bagi lelaki mukmin dan wanita mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
2. Iman itu letaknya di hati bukan dalam penampilan luar
Para ukhti/saudari yang belum berhijab berusaha menafsirkan hadist, tetapi tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian.”(HR. Muslim, Hadist no. 2564 dari Abu Hurairah).
Tampaknya mereka menggugurkan makna sebenarnya yang dibelokkan pada kebathilan. Memang benar Iman itu letaknya dihati tapi Iman itu tidak sempurna bila dalam hati saja. Iman dalam hati semata tidak cukup menyelamatkan diri dari Neraka dan mendapat Surga. Karena definisi Iman Menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah: "keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan". Dan juga tercantum dalam Al-Quran setiap kali disebut kata Iman, selalu disertai dengan amal, seperti: "Orang yg beriman dan beramal shalih....". Karena amal selalu beriringan dengan iman, keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.
3. Allah belum memberiku hidayah
Ukhti/saudari yang seperti ini terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Karena bila orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo'akan dirinya agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan sebab-sebab yang bisa mengantarkannya sehingga mendapatkan hidayah tersebut. Seperti firman Allah SWT: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra'd: 11).
Karena itu wahai uhkti/saudari, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya Anda mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah SWT. Diatara usaha itu adalah berdo'a agar mendapat hidayah, memilih kawan yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab Allah, mengikuti majelis dzikir dan ceramah agama dan lainnya.
4.Takut tidak laku nikah
Syubhat ini dibisikkan oleh setan dalam jiwa karena perasaan bahwa para pemuda tidak akan mau memutuskan untuk menikah kecuali jika dia telah melihat badan, rambut, kulit, kecantikan dan perhiasan sang gadis. Meskipun kecantikan merupakan salah satu sebab paling pokok dalam pernikahan, tetapi ia bukan satu-satunya sebab dinikahinya wanita.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal; yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yg berpegang teguh dengan agama,(jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu". (HR. Al Bukhari, kitaabun nikah,9/115).
5. Ia masih belum Dewasa
Sesungguhnya para wali, baik ayah atau ibu yang mencegah anak puterinya berhijab, dengan dalih karena masih belum dewasa, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dihadapan Allah SWT pada hari Kiamat. Karena menurut syariat ketika seorang gadis mendapatkan Haidh, seketika itu pula ia wajib untuk berhijab.
6. Orang tuaku dan suamiku melarang berhijab
Dasar permasalahan ini adalah bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus didahulukan daripada keta’atan kepada mahluk siapa pun dia. Seperti dalam hadits shahih disebutkan:
"sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan." (HR. Al Bukhari dan Muslim). Dan sabda Rasul dalam hadist lainnya: "Dan tidak boleh ta'at kepada mahluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada Al-Khaliq." (HR. Imam Ahmad, hadits ini shahih).
Maka dari itu wahai ukhti yang belum berhijab, semoga tulisan ini mejadi pembuka hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yg tertidur, sehingga bisa mengembalikan segenap akhwat yang belum menta’ati perintah berhijab, kepada fitrah yang telah diperintahkan Allah SWT.
(Dikutip dari buku terjemahan yg berjudul asli Ila Ukhti Ghairil Muhajjabah Mal Maani'u Minal Hijab? oleh Syaikh Abdul Hamid Al Bilaly).
Wallahu A’lam.
Hj. Dewi Setiani
Penulis berdomisili di Jogjakarta.
Sumber: kafemuslimah.com
Ta'aruf, Nikah tanpa Cinta ?????
Ta’aruf, Nikah Tanpa Cinta?
Pernikahan merupakan ibadah yang memiliki tempat mulia di sisi Allah swt. Tak sedikit dalam bingkai syariat membicarakan tentang pernikahan, apakah itu di dalam Al Quran ataupun hadist-hadist Rasulullah saw. Ketika pernikahan ini berhubungan dengan ibadah maka ibadah tersebut hanyalah akan bernilai di sisi Allah swt jika sesuai dengan bingkai syariat yaitu bingkai Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.
Rasulullah saw bersabda :
“Siapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak ada perintahnya maka perkara itu tertolak”.
Tentunya kita tidak ingin serangkaian ibadah ini menjadi tertolak dikarenakan kita melakukan hal-hal yang tidak disandarkan pada Al Quran dan sunnah Rasulullah saw bukan hanya saat prosesi pernikahan saja tapi juga bagaimana jalan menuju pernikahan tersebut.
Apa itu ta’aruf?
Ta’aruf dalam makna umum yang kita ketahui bersama adalah perkenalan, lalu kemudian makna ini dipersempit menjadi proses perkenalan menuju pernikahan dikalangan aktivis dakwah.
Proses ta’aruf yang digunakan sebagai jalan menuju pernikahan tentulah bukan proses seperti orang pacaran atau istilah PDKT (pendekatan). Tapi kemudian proses ini dibingkai sedemikian rupa sehingga nilai ibadah dari proses hingga menuju pernikahan tetaplah terjaga. Dan pastinya proses taaruf yang dibingkai dengan syariat ini bukanlah seperti “taaruf”nya ustadz-ustadz selebriti di televisi.
Proses ini tidak mengenal yang namanya saling sms-an apalagi bbm-an, dua-duaan jalan-jalan apalagi baca quran, belum lagi sering cheting dan fecebookan dengan bingkai taaruf yang berujung tidak jauh beda dengan yang namanya pacaran. Walaupun ngebangunin buat tahajud malam, tetap saja ini bukanlah sebuah proses yang syar’I menuju pernikahan.
Ta’aruf, nikah tanpa cinta?
Berarti ta’aruf itukan menikah tanpa ada cinta? Pastilah akan meuncul pertanyaan yang sangat besar didalam benak. Nah, sebelum dibahas lebih jauh, baca bismillah dulu. Semoga setelah membaca sedikit penjelasan singkat ini pacarnya mau diputusin, atau kalau sering sms-an ama ikhwan atau ikhwat bisa disadari bahwa itu bukanlah cinta tapi justru menghapus cinta bahkan bisa menjadi nista.
Ketika kita berbicara tentang cinta, maka kita akan menemukan sesuatu yang abstrak didalamnya. Apakah
benar cinta itu karena cantik, karena harokinya luar biasa, karena pintar, atau karena alasan-alasan lainnya? Atau itu justru sebenarnya lebih kepada rasa suka yang dibalut oleh hawa nafsu semata, karena ketika hal-hal kita sukai tersebut tak kita dapati lagi maka hilang pulalah rasa suka tersebut.
Lalu bagaimana mungkin seseorang itu bisa menikah tanpa cinta?
Yang kita pahami selama ini adalah bahwa rasa cinta itu ada pada suatu pertemuan dimana membuat jantung berdebar kencang dan dada terasa sesak dibuatnya, padahal itu bukanlah cinta.
Allah swt mangatakan didalam Al Quran :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (an-Nuur : 26)
Jika kita bersama mencoba untuk memahami apa arti cinta pada ayat di atas maka sejak kapankah cinta itu ada hingga kemudian Allah swt mempertemukan cinta itu dalam bingkai yang bernama pernikahan? Dan kemudian harus percayakah kita dengan proses yang namanya pacaran atau taarufan gaya ustadz selebritis yang ada? Dengan argument bahwa ini adalah proses memupuk cinta sebelum menuju pernikahan?
Cinta itu ternyata telah ada jauh sebelum pernikahan itu ada. Allah swt akan mempertemukan orang-orang yang mencintai apa-apa yang sama-sama mereka cintai. Ketika sama-sama mencintai maksiat maka itulah yang menjadi landasan cinta mereka dan begitupula ketika sama-sama mencitai Allah swt maka itulah yang akan menjadi landasan cinta mereka sehingga tidak ada lagi hal yang perlu ditumbuhkan atau dipupuk dan justru hanya tinggal menuai hasil setelah proses pernikahan dilangsungkan.
Jadi benarkah taaruf itu menikah tanpa cinta?
Sumber :situs PP SALIMAH
Pernikahan merupakan ibadah yang memiliki tempat mulia di sisi Allah swt. Tak sedikit dalam bingkai syariat membicarakan tentang pernikahan, apakah itu di dalam Al Quran ataupun hadist-hadist Rasulullah saw. Ketika pernikahan ini berhubungan dengan ibadah maka ibadah tersebut hanyalah akan bernilai di sisi Allah swt jika sesuai dengan bingkai syariat yaitu bingkai Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.
Rasulullah saw bersabda :
“Siapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak ada perintahnya maka perkara itu tertolak”.
Tentunya kita tidak ingin serangkaian ibadah ini menjadi tertolak dikarenakan kita melakukan hal-hal yang tidak disandarkan pada Al Quran dan sunnah Rasulullah saw bukan hanya saat prosesi pernikahan saja tapi juga bagaimana jalan menuju pernikahan tersebut.
Apa itu ta’aruf?
Ta’aruf dalam makna umum yang kita ketahui bersama adalah perkenalan, lalu kemudian makna ini dipersempit menjadi proses perkenalan menuju pernikahan dikalangan aktivis dakwah.
Proses ta’aruf yang digunakan sebagai jalan menuju pernikahan tentulah bukan proses seperti orang pacaran atau istilah PDKT (pendekatan). Tapi kemudian proses ini dibingkai sedemikian rupa sehingga nilai ibadah dari proses hingga menuju pernikahan tetaplah terjaga. Dan pastinya proses taaruf yang dibingkai dengan syariat ini bukanlah seperti “taaruf”nya ustadz-ustadz selebriti di televisi.
Proses ini tidak mengenal yang namanya saling sms-an apalagi bbm-an, dua-duaan jalan-jalan apalagi baca quran, belum lagi sering cheting dan fecebookan dengan bingkai taaruf yang berujung tidak jauh beda dengan yang namanya pacaran. Walaupun ngebangunin buat tahajud malam, tetap saja ini bukanlah sebuah proses yang syar’I menuju pernikahan.
Ta’aruf, nikah tanpa cinta?
Berarti ta’aruf itukan menikah tanpa ada cinta? Pastilah akan meuncul pertanyaan yang sangat besar didalam benak. Nah, sebelum dibahas lebih jauh, baca bismillah dulu. Semoga setelah membaca sedikit penjelasan singkat ini pacarnya mau diputusin, atau kalau sering sms-an ama ikhwan atau ikhwat bisa disadari bahwa itu bukanlah cinta tapi justru menghapus cinta bahkan bisa menjadi nista.
Ketika kita berbicara tentang cinta, maka kita akan menemukan sesuatu yang abstrak didalamnya. Apakah
benar cinta itu karena cantik, karena harokinya luar biasa, karena pintar, atau karena alasan-alasan lainnya? Atau itu justru sebenarnya lebih kepada rasa suka yang dibalut oleh hawa nafsu semata, karena ketika hal-hal kita sukai tersebut tak kita dapati lagi maka hilang pulalah rasa suka tersebut.
Lalu bagaimana mungkin seseorang itu bisa menikah tanpa cinta?
Yang kita pahami selama ini adalah bahwa rasa cinta itu ada pada suatu pertemuan dimana membuat jantung berdebar kencang dan dada terasa sesak dibuatnya, padahal itu bukanlah cinta.
Allah swt mangatakan didalam Al Quran :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (an-Nuur : 26)
Jika kita bersama mencoba untuk memahami apa arti cinta pada ayat di atas maka sejak kapankah cinta itu ada hingga kemudian Allah swt mempertemukan cinta itu dalam bingkai yang bernama pernikahan? Dan kemudian harus percayakah kita dengan proses yang namanya pacaran atau taarufan gaya ustadz selebritis yang ada? Dengan argument bahwa ini adalah proses memupuk cinta sebelum menuju pernikahan?
Cinta itu ternyata telah ada jauh sebelum pernikahan itu ada. Allah swt akan mempertemukan orang-orang yang mencintai apa-apa yang sama-sama mereka cintai. Ketika sama-sama mencintai maksiat maka itulah yang menjadi landasan cinta mereka dan begitupula ketika sama-sama mencitai Allah swt maka itulah yang akan menjadi landasan cinta mereka sehingga tidak ada lagi hal yang perlu ditumbuhkan atau dipupuk dan justru hanya tinggal menuai hasil setelah proses pernikahan dilangsungkan.
Jadi benarkah taaruf itu menikah tanpa cinta?
Sumber :situs PP SALIMAH
Selasa, 09 September 2014
Donat Donat Berbaris
Donat
Donat Berbaris
Pagi
itu, aku tak melihat sosok anak yang selalu menjajakan dagangan donatnya
dilapangan dekat skolah tempat aku mengajar. Senyumnya seakan menghilang tanpa
bekas dilapang itu. Aku terus mencari keberadaan anak itu. Dalam hati ku berkata,
ada apa dengan gadis kecil itu? kemana dia pergi hari ini? Dimana senyum itu
saat ini berada?
Sebut
saja Wati, gadis kecil yang berusia kurang lebih 7 tahun itu selalu datang ke
lapangan sekolah dasar tempat aku mengajar. Dia datang hanya untuk menjual
dagangannya. Ia menjual donat. Donat itu adalah buatan ibunya dan enak sekali.
Tidak hanya itu, kadang-kadang ia juga menjual es lilin. Es lilin itu bukanlah
ibunya yang buat, melainkan orang lain yang meminta ia menjualkan di sekolah. Donat
dan es lilin yang ia jual masing-masing
seharga Rp 500,00.
Wati
yang seharusnya duduk dibangku sekolah kini harus menjajakan dagangannya guna
menyambung hidup demi membantu ayah dan ibunya. Dia tidak pernah mengenyam
bangku sekolah layaknya anak seusianya akhirnya harus menanggu penderitaan
mencari uang mengingat ayahnya hanyalah seorang pemecah batu dan ibunya seorang
petani sayur sawi yang harus menghidupi kedelapan anak mereka termasuk wati.
Wati adalah anak ke-5 dari 8 saudaranya. Dia memiliki 4 orang kakak laki-laki
dan 3 orang adik perempuan. Ke empat kakak laki-lakinya menderita penyakit
Folio. Anak pertama dari pasangan Syafi’i dan Maria sebut saja Fatih menderita
penyakit itu sejak usianya 3 tahun. Deni (anak kedua) menderita penyakit itu
sejak lahir. Dan 2 orang saudaranya yang lain adalah Dafa dan Dafi menderita
penyakit ini sejak umur 3 bulan. Penyakit ini didiagnosa merupakan penyakit
keturunan dari kakek mereka. Mereka sekarang hanya bisa berdiam diri dirumah.
Ibunya yang mengurus mereka berempat hanya bisa pasrah, sabar dan ikhlas
menjalani apa yang sudah Allah berikan dan takdirkan pada keluarganya.
Pernah
suatu ketika aku menemui orang tua Wati dirumah. Awalnya aku ingin menemui
Wati, tetapi dia sedang pergi bermain bersama temannya dikampung sebelah. Aku pun
mulai berbicara masalah pengobatan kepada pak Syafi’i dengan nada suara yang
rendah. Terlihat keempat anaknya sedang berbaring diatas tempat yang hanya
beralaska tikar pandan yang sudah usang itu. Mereka adalah keempat kakak
laki-laki Wati yang tadi aku ceritakan. Karena keterbatasan biayalah orang tua
Wati tidak mampu mengobati keempat kakaknya.
“Wong
saya hanya seorang buruh bu Nana, mana cukup uangnya untuk membiayai pengobatan
keempat anak saya ini, untuk makan saja sudah alhamdulillah,” ujar pak Syafi’i.
“Pak,
sekarang pemerintah sudah buat program untuk kesehatan. Namanya ASKES, nah
sekarang sudah diganti namanya jadi BPJS atuh pak, sok diurus atuh pak, supaya bisa
obatin anak-anak bapak. Biar sembuh lah. Jadi mereka bisa bersekolah atuh
pak,”saranku kepada pria tua yang sudah bungkuk itu.
“Tetap
aja neng, wong saya tidak sekolah gini, jadi saya tidak tahu gimana caranya
mengurus surat-suratnya neng,”tambah pak Syafi’i.
Aku
hanya terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Tetapi apalah daya, aku hanyalah
seorang guru dengan gaji yang pas-pasan. Uang gajiku habis hanya untuk membayar
tagihan rumah kontrakan. Untuk makan saja aku haru mencari tambahan. Tak apalah,
sebelum aku pulang aku memberikan uang gaji yang tersisa disaku kananku. Berharap,
Pak Syafi’i dan keluarganya bisa makan enak malam ini. Mungkin uang yang hanya
Rp 50.000,00 ini bermanfaat bagi keluarga kecil pak Syafi’i.
Aku
pun pulang dengan harapan hampa. Berharap dengan gadis kecil penjual donat itu
dirumahnya, tapi aku tak jumpa. Hmmm, sejenak berfikir dan berkata dalam
hatiku, besok aku akan bertemu dengannya dilapangan sekolah.
Waktu
terus berlalu. Bola mataku tak henti-hentinya mencari sosok gadis kecil
berkucir itu. Tatapanku seakan mengisyaratkan bahwa aku merindukan senyuman
hangat dari bibir kecil nan indah darinya.
Kemana
Wati?Wati...Wati...dan Wati...
Hanya
nama itu saja yang aku fikirkan. Fikiranku tak fokus. Geklisah hati ini. Perasaanku
tiba-tiba tak enak. Apakah ini pertanda buruk. Aahhh, tak aku hiraukan fikiran
itu. Mungkin itu hanya fikiranku saja yang terlalu berlarut.
Bel
sekolah pun berbunyi. Anak-anak berlarian keluar dari pintu kelasku. Sambil bersalaman
terlintas aku lihat orang-orang berjalan menuju rumah yang selalu aku singgahi.
Itukan arah menuju rumah Wati, kenapa ibu-ibunya berjilbab semua? Apakah ada
pengajian di mesjid dekat rumah Wati.
Tak
berapa lama aku mendengar suara dari mesjid. Suara itu bukan adzan yang sering
aku dengar, tapi sebuah pengumuman. Pengumuman duka dari sebuah keluarga kecil
disekitaran mesjid itu. Ternyata Wati meninggal dunia. Gadis kecil itu sudah
tiada.
Aahh,
barang kali pengumuman itu salah. Tidak mungkin itu Wati. Kemarin saja aku
masih melihatnya menjajakan dagangannya dilapangan sekolah. Tidak, tidak
mungkin. Aku masih tidak percaya. Sampai aku bertanya kepada salah seorang
orang tua murid dikelasku.
“Bu,
bener atuh itu Wati, anak kecil yang sering jualan donat dilapangan sekolah ini
meninggal,”aku bertanya dengan rasa penasaran yang cukup tinggi.
“Iya
Bu guru Nana, itu mah Wati yang meninggal. Kemarin dia demam tinggi, tapi masih
sempatnya menjajakan donatnya dilapangan ini Bu Guru,”ujar Bu Elis.
Sontak
akupun terdiam, tanpa bisa berkata apa-apa. Tak terasa air mataku pun jatuh
membasahi pipiku. Aku langsung berlari kearah dimana orang-orang juga
mendatanginya. Aku datang, akupun langsung masuk ke rumah petak kecil itu. Aku melihat
sebujur badan yang sudah kaku tak bernyawa. Aku pun mendekatinya untuk
memastika bahwa itu bukanlah Wati. Tetapi aku salah. Itu adalah Wati. Berita itu
benar. Wati, gadis kecil pedagang donat itu terbujur kaku sudah tak bernyawa. Senyumnya
kini tak akan pernah aku lihat lagi.
Senyum
polos Wati yang selalu menyejukkan hatiku. Seperti donat-donat yang berbaris
Langganan:
Postingan (Atom)