Jumat, 12 April 2013

KAMMI oh KAMMI



KAMMI DALAM MEMBANGUN PERADABAN
          KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) adalah sebuah organisasi mahasiswa muslim yang lahir di era reformasi yaitu tepatnya tanggal 29 Maret 1998 di Malang. Anggotanya tersebar di hampir seluruh PTN/PTS di Indonesia. Saat ini, kader KAMMI sudah mampu menjadi pemimpin kampus (Ketua BEM) hampir di 300 kampus. Selain itu, memiliki cabang juga di Jepang.
            KAMMI muncul sebagai salah satu kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis mahasiswa Muslim dengan mengambil momentum pada pelaksanaan Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X seindonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang. Acara ini dihadiri oleh 59 LDK yang berafiliasi dari 63 kampus (PTN-PTS) diseluruh Indonesia. Jumlah peserta keseluruhan kurang lebih 200 orang yang notabenenya para aktifis dakwah kampus. KAMMI lahir para ahad tanggal 29 April 1998 PK.13.00 wib atau bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijah 1418 H yang dituangkan dalam naskah Deklarasi Malang. Dalam FSLDK Malang ini menetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, antara lain: membangun pemahaman bersama tentang konsep Dakwah Islamiyah yang dijalankan para LDK, memperkuat ikatan dan jaringan antar LDK dan para aktivisnya, serta menentapkan aksi-aksi riil LDK dalam menyikapi krisis bangsa yang sedang terjadi. Perdebatan seru muncul pada tataran operasionalisasi, yaitu bagaimana LDK mewujudkan sikap pandanganya terhadap permasalahan bangsa yang terjadi, tanpa menyeret lembaga ini ke dalam pusaran politik praktis. Akhirnya, diambil inisiatif jalan tengah yaitu melanjutkan pembahasan mengenai hal ini di luar forum FSLDK yang sudah terjadwalkan sejak semula. Menindaklanjuti hal tersebut dibentuklah tim Formatur yang beranggotakan 8 orang peserta. Tugas utama tim formatur ini adalah membahas dan memformulasikan bentuk respon LDK terhadap krisis nasional yang terjadi.Dan pada akhirnya tim Formatur ini juga sampai pada kesepakatan bahwa wadah itu bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Tim formatur yang beranggotakan 8 (delapan ) orang dari peserta :

1. Arianto Pratikno ( ketua Jamaah AR Fachruddin UMM 1997/1998 ), sebagai ketua tim.

2. Badaruddin ( Ketua Forkom LDK Unair 1998/1999 )

3. Andri Yunita Kusumawati ( Forkom LDK Unair )

4. Edi Chandra ( DKM Al-Ghaifari IPB )

5. Faizal Sanusi ( Ketua Kerohanian Islam SM UI 1996/1997 )

6. Muhammad Arif Rahman ( Ketua Jamaah Shalahuddin UGM )

Kerjanya tim formatur ini menyikapi 2 hal penting yaitu :

1. Sepakat untuk membentuk sebuah wadah khusus bagi para aktivis LDK diluar nasional yang semakinparah, termasuk pada tataran aksi.

2. Sepakat untuk mendeklarasikan wadah baru ini setelah selesainya acara FSLDK X, sehingga wadah ini bukan sebagai salah satu keputusan FSLDK X, tetapi kesepakatan para peserta yang terjadi bersamaan dengan berakhirnya penyelenggaraan FSLDK X.

Sidang komisi FSLDK X dibagi dalam komisi politik, Ekonomi, Budaya, Pers dan Jaringan Islam Indonesia. Dari sidang komisi Ekonomi dihasilkan rumusan untuk mensosialisasikan ide Ekonomi Islam yang berorientasi kepada ekonomi kerakyatan, baik dilingkungan kampus maupun ditengah masyarakat. Dari sidang komisi Budaya salah satu rumusan pentingnya adalah tuntutan untuk menciptakan birokrasi yang bersih, jujur, adil dan berwibawa serta menghapuskan budaya korupsi, kolusi dan nepotisme. Adapun komisi politik secara prinsip sepakat bahwa krisis yang sedang terjadi merupakan momentum bagi FSLDK untuk mengemukakan sikap-sikap politiknya secara jelas dan tegas, agar eksistensi FSLDK diakui masyarakat. Salah satu poin menarik dari komisi Politik ini adalah prediksi tentang kekacauan politik yang mungkin terjadi menyusul semakin panasnya kondisi politik nasional. Lalu komisi ini merekomendasikan perlunya LDK melakukan langkah-langkah antisipasi dalam mengahadapi kemungkinan terjadinya kekacauan politik ini.
Akhirnya, tim formatur ini juga sampai pada kesepakatan bahwa wadah ini bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia ( KAMMI ), dengan mendudukkan Fahri Hamzah sebagai ketua umum dan Haryo Setyko sebagai sekretaris umum. Wadah ini kemudian dideklarasikan pada hari ahad, tanggal 29 maret 1998 atau bertepatan 1 Dzulhijjah 1418 H, jam 13.30 wib di Aula Universitas Muhammadiyah Malang (UMM ), beberapa setelah FSLDK X secara resmi ditutup oleh pembantu Rektor 2 UMM. Hasil-hasil keputusan tim formatur dibacakan oleh Ananto Pratikno, ketua Jamaah AR Fachuddin UMM, dihadapan peserta FSLDK nasional X yang saat itu masih tetap berkumpul diruangan. Setelah itu, deklarasi pendirian KAMMI yang tertuang dalam “Deklarasi Malang “ dibacakan oleh Fahri Hamzah yang mendapat amanah sebagai Ketua Umum, dan setelah itu dilakukan penandatanganan piagam deklarasi malang oleh sebagian besar peserta yang hadir.


Pemilihan nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang kemudian disingkat KAMMI mengandung makna atau memiliki konsekwensi pada beberapa hal yaitu :
a.       KAMMI adalah sebuah kekuatan terorganisir yang menghimpun berbagai elemen Mahasiswa. Muslim baik perorangan maupun lembaga yang sepakat bekerja dalam format bersama KAMMI.
b.      KAMMI adalah sebuah gerakan yang berorientasi kepada aksi real dan sistematis yang dilandasi gagasan konsepsional yang matang mengenai reformasi dan pembentukan masyarakat Islami (berperadaban).
c.       Kekuatan inti KAMMI adalah kalangan mahasiswa pada berbagai stratanya yang memiliki komitmen perjuangan keislaman dan kebangsaan yang jelas dan benar.
d.      Visi gerakan KAMMI dilandasi pemahaman akan realitas bangsa Indonesia dengan berbagai kemajemukannya, sehingga KAMMI akan bekerja untuk kebaikan dan kemajuan bersama rakyat, bangsa dan tanah air Indonesia.
Tafsir lambang KAMMI pertama kali di bahas di Muktamar Lampung tepatnya oleh Komisi C. Pembuat draft tafsir lambang KAMMI adalah Yuli Widy Astono yang ketika itu masih menjabat ketua KAMMI Bogor.
  1. Warna Dasar Putih melambangkan kesucian.
  2. Globe Warna Biru Laut melambangkan da’wah universal yang mencakup bumi Allah di manapun kita berada.
  3. Tangan Kanan yang Mengangkat Globe melambangkan da’wah KAMMI menggunakan kekuatan dalam mengemban da’wah ini.
  4. Lima Bunga Mawar Warna Merah yang Mengelilingi Tangan melambangkan kelembutan dalam berda’wah dan jumlah Lima Kuntum Bunga Mawar melambangkan Rukun Islam.
  5. Gradasi Warna Hijau melambangkan tahapan – tahapan da’wah KAMMI dalam membumikan ajaran Islam di Bumi Allah.

PRINSIP GERAKAN KAMMI

  • Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
  • Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
  • Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
  • Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI
  • Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
  • Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI

 

Status, Identitas Dan Peran

KAMMI adalah organisasi ekstra kampus yang menghimpun mahasiswa muslim seluruh Indonesia secara lintas sektoral, suku, ras dan golongan. KAMMI menghimpun segenap mahasiswa muslim Indonesia yang bersedia bekerjasama membangun negara dan bangsa Indonesia. KAMMI berperan sebagai wadah dan mitra bagi mahasiswa Indonesia yang ingin menegakkan keadilan dan kebenaran dalam wadah negara hukum Indonesia melalui tahapan pembangunan nasional yang sehat dan bertanggung jawab. KAMMI mengambil peran sebagai mitra bagi masyarakat dalam upaya-upaya pembangunan masyarakat sipil, demokratisasi dan pembangunan kesatuan/persaudaraan ummat dan bangsa melalui pendampingan/advokasi sosial, kritisi/konstruktif terhadap kebijakan negara yang memarginalisasi masyarakat.

PERJALANAN KEPENGURUSAN
Kepengurusan pertama adalah periode al-akh Fahri Hamzah, yakni sejak Deklarasi sampai Muktamar I di Bekasi pada bulan November 1998. Periode ini memfokuskan aktivitasnya kepada aktualisasi jaringan nasional untuk mengambil peran historis secara heroik dalam proses reformasi di Indonesia, yakni dengan menggiatkan aksi secara simultan, merata, kontinyu, dan menegaskan komitmen reformasi yang jelas. Periode ini adalah masa launching ke hadapan publik dan positioning awal KAMMI sebagai elemen gerakan mahasiswa yang diharap selalu mengambil peran terdepan dalam perjalanan sejarah Indonesia.
Periode kedua adalah masa al-akh Fitra Arsil, yang terpilih untuk menggantikan akh Fahri dalam Muktamar I dan menjalankan amanah sampai Muktamar II di Yogyakarta pada bulan November 2000. Periode ini memiliki tugas untuk secara serius menata infrastruktur organisasi KAMMI yang establish dan merancang sistem kaderisasi KAMMI yang lebih terstruktur.Juga melakukan berbagai aksi sosial dan kemanusiaan untuk ikut mengatasi beban rakyat yang ditimbulkan oleh krisis berkepanjangan.
Periode ketiga adalah masa al-akh Andi Rahmat yang terpilih dalam Muktamar II KAMMI di Yogyakarta dan direncanakan menjabat sampai tahun 2002. Periode ini menekankan pentingnya positioning strategis KAMMI di tengah pluralitas gerakan yang ingin mewarnai proses transisi di Indonesia. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, akh Andi Rahmat menyatakan mundur dari jabatannya pada bulan Maret 2001. Menyikapi hal tersebut, Badan Permusyawaratan (BP) KAMMI Pusat berinisiatif untuk menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa (MLB) KAMMI di Bandung pada tanggal 20-22 April 2001. Muktamar tersebut memutuskan untuk merubah sistem kepemimpinan terpusat menjadi sistem kepemimpinan kolektif, yang akhirnya memilih sembilan orang sebagai anggota Pimpinan Pusat (PP) KAMMI, yakni:
Akbar Zulfakar (Ketua Umum);
Purwoko Kurniawan (Ketua Kaderisasi);
Muhammad Badaruddin (Ketua Kastrat);
Elvis Bakri (Ketua Teritorial/KT I);
Ach. Fauzi I. (KT-II);
Supriyadi (KT-III);
Hermawan (KT-IV);
Suparmono (KT-V); dan
Yusran (KT-VI).
Muktamar III Lampung tanggal 1-9 September 2002 memutuskan untuk memilih Muhammad Hermawan, S.Si sebagai Ketua Umum dan
Fahmi Rusdi, LC sebagai Sekretaris Jendral,
juga dipilih anggota Pimpinan Pusat (PP) KAMMI, yakni Marwansyah (Ketua Teritorial/KT I); Febriansyah (KT-II); Yuli Widi Astono (KT-III); Teguh, ST (KT-IV); Imron Rosyadi (KT-V); dan M. Dwi Tanjuri(KT-VI), Jauhari (KT-VII).
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar