MASUK
SGI, SIAPA TAKUT ?
SGI? Apa itu SGI?apakah sejenis makanan?
Tentu saja tidak, SGI bukanlah semacam benda yang bisa
kita telan begitu saja. Kalau mau tahu tentang SGI secara singkat akan aku
ceritakan beserta kisah perjalananku untuk masuk ke SGI-DD angkatan VII ini,
ayo dibaca yach.......
Ketika itu tahun 2012 untuk pertama
kalinya aku mendengarkan sebuah kata yang terdiri dari tiga huruf tersebut
diucapkan oleh kakak kos ku Heni. Ternyata SGI itu adalah singkatan dari S
untuk Sekolah, G untuk Guru dan I untuk Indonesia. SGI adalah sebuah lembaga yang
dinaungi oleh Dompet Dhuafa yang merupakan suatu jejaring perekrutan untuk menjadi
guru yang tidak hanya profesional dalam mengajar tetapi juga lebih transpormatif
dalam mengajar, mendidik dan memimpin. Nah, untuk itu aku tertarik untuk masuk
SGI ini. Setelah membuka websitenya di www.sekolahguruindonesia.net
aku semakin terangsang untuk mencari tahu kapan ajang perekrutan akan dibuka
kembali setelah membaca visi dan misinya.
Waktu
itu kakak kos ku sebut saja namanya Henita Damanik (SGI-DD Angkatan V) yang
sekarang masih dalam masa penempatan di Sulawesi Utara. Beliau lah yang
mengenalkan aku ke dalam lembah yang menguntungkan bagiku. Karena di tempat ini
aku dilatih untuk menjadi guru yang sebenarnya. Beliau adalah seperti kakak
bagiku, karena aku tak pernah punya kakak perempuan. Walaupun terkadang aku
sering buat dia marah karena suaraku yang keras, acap kali dia menegurku,
apalagi kalau dia lagi nonton film kesukaannya, lalu aku membuat keributan, dia
langsung menegurku. Dia lah orang pertama yang menginjakkan kakinya di SGI dari
UMN AW Medan. Terima kasih untuk kakakku Heni, semoga beliau masih dalam
keadaan yang sehat wal’afiat serta dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Awalnya
pertama kalinya aku mengetahui adanya perekrutan SGI-DD Angkatan VII dari Suci
Rahmadani (SGI-DD Angkatan VI) yang sekarang sedang dalam masa penempatan di
Gorontalo. Dia menelfonku ketika aku sudah selesai mengajar. Aku terkejut saat
dia bilang dia sudah tak lagi mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Medan. Lalu aku
bertanya kepadanya kenapa sudah tak mengajar lagi, maka jawaban yang begitu
singkat buatku dipaparkan secara langsung tanpa bertatap muka sekalipun, “aku mau
ke BOGOR nur, aku ikut SGI angkatan -VI, ayok nur, seru dech ikutan yach.”
Lalu
aku pun menjawab,” aku mau ikut lah ci, aku kan juga pengen ke BOGOR, lihat
kota Hujan itu kayak apa sih, terus aku
kan juga mau jadi guru yang lebih profesional, tak ada duit aku ci, mau masuk
S2, heheheheheh.”
Begitu
singkat percakapan yang aku rasakan bersamanya. Dan ketika itu, aku terus
mencari informasi kapan open recruitment SGI selanjutnya. Pada akhirnya aku ditag di facebook (nama jejaring sosial yang lagi populer saat ini) oleh
Suci karena opern recruitmentnya sudah dibuka. Ketika itu bulan April 2014,open
recruitmentnya awal bulan mei yaitu tanggal 1 Mei-16 Juni 2014, aku rasanya tak
sabar untuk masuk ke lembaga itu.
Masih
hangat dibenakku, ketika itu aku mendownload
formulir pendaftaran, setelah itu, menscan
Ijazah lulusan terakhir,Transkrip nilai dan KTP ku. Awalnya, orang tua ku tidak
setuju kalau aku jauh dari mereka, karena mereka punya alasan kuat bahwa aku
ini adalah anak perempuan mereka satu-satunya. Mereka mengkhawatirkan bagaimana
keadaan aku disana nantinya, siapa yang menyiapkan sarapan pagi untukku,
menyetrika pakaianku. Tapi aku tetap saja bersikeras untuk meninggalkan mereka.
Dengan caraku, aku membujuk mereka untuk memberikan izin untuk mengikuti program
Dompet Dhuafa ini. Nah, kalau tidak diizinkan juga aku mau ayah dan ibu
menyekolahkan ku ke jenjang yang lebih tinggi untuk menggapai cita-citaku yaitu
mengambil gelar Magister (S2) di Universitas Negeri Medan (UNIMED), tapi apalah
daya ayahku hanya seorang mantan supir dan emakku hanyalah ibu rumah tangga.
Adikku masih kulyah, dan sekarang sudah semester 7, “semoga adik cepat tamat
ya, kakak kangen adik lah. Kangen candaan kita dirumah. Tapi doakan kakak ya
dek, supaya cepat kembali membawa seorang calon imam yang terbaik yang dipilhkan
Allah nantinya setelah mengikuti program ini, kakak mau menyempurnakan separuh
iman kakak bersamanya, agar ayah dan emak tidak khawatir bilamana ketika mereka
tidak ada nanti kakak sudah bersama imam kakak, kakak juga tidak mau lama-lama
menikah, takutnya akan menimbulkan banyak penyakit hati. Maka dari itu kalau
kakak sudah menikah nanti, sudah ada yang jaga hati kakak, yaitu suami kakak.
Kakak juga mau mengikuti sunnah Rasul untuk menikah. Menikah sambil kakak
menempuh S2 di Bogor ini.heheheh. jaga ayah dan emak disana ya, hehehe.”
Orang
tuaku sudah memberi izin kepadaku untuk menikah tahun ini, tapi aku belum mau
untuk menikah, karena menurutku, aku belum memberikan mereka apa-apa selama
ini. Sebagai seorang anak, aku harus bisa mengabdikan diriku kepada mereka,
disisi lain menikah juga merupakan ibadah, tapi aku sudah azzamkan dengan niat
yang ikhlas, tulus, dan istiqomah selalu dijalanNya, agar aku mengabdikan diri
sebagai seorang guru. Aku ingat pesan Pak Arbi, “Antum itu ditarbiyah, maka
antum juga harus bisa mentarbiyah, tarbiyah disini kan artinya adalah
pendidikan, makanya antum itu cocoknya jadi guru.”
Pesan
singkat yang selalu aku ingat yaitu SAMPAIKANLAH WALAU SATU AYAT. Nah, artinya
sudah jelas bahwa, kita sesungguhnya dianjurkan untuk menyampaikan ilmu yang
bermanfaat bagi umat walau itu tidak terlalu banyak. Maka dari itu aku mau
menjadi guru yang lebih baik lagi. Aku sadar bahwasanya aku mempunyai
kekurangan dalam berbicara atau menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Tapi
aku akan terus berusaha menjadi yang terbaik. Aku tak akan pernah menyerah,
selagi itu adalah yang baik dan bermanfaat bagi diriku.
Ketika
itu tanggal 3 Mei 2014, dengan melafadzkan basmallah, akupun mengirimkan email
ke management SGI-DD. Tanpa terasa waktu terus berlalu, tibalah jua waktu yang
ditunggu. Hari itu tepat tanggal 20 Juli 2014, pengumuman seleksi
administrasipun diumumkan melalui website SGI. Dengan cepat, akupun pengumuman
itu. Aku terus mencari namaku, terus dan terus, sampai pada akhirnya, aku
menemukan beberapa nama yang berasal dari provinsi ku yaitu Sumatera Utara.
Alhamdulillah, aku bersyukur bisa masuk di seleksi tahap awal, tak pernah ku
sangka. Ini seperti mimpi, tapi masih ada test tahap kedua yang harus aku ikuti
sebagaimana prosedur yang telah ditetapkan oleh management SGI-DD.
Lucunya,
saat itu, yang lulus administrasi harus mengikuti proses tahap kedua yaitu test
wawancara dan micro teaching dapat informasi via sms. Isi sms tersebut
berinstruksikan untuk melihat lokasi penyeleksiannya. Akan tetapi nama aku
tidak tertera di website. Aku hampir tidak percaya, apakah benar aku itu memang
lulus atau tidak, tapi kenapa aku dapat sms, sedangkan namaku tidak ditemukan
di website resminya. Akhirnya aku
putuskan untuk mengirimkan sms ke nomor contact
person yang ada disitu. Aku terus mencoba, menelfon, dan mengirimkan sms untuk meminta penjelasan, apakah memang benar
aku lulus atau tidak, agar hatiku tenang. Tapi tak ada balasan. Aku merasa ragu
dengan pengumuman itu, tapi aku biasa saja dalam menyikapinya, mungkin tim SGI
kelelahan bekerja, sehingga melupakan seseorang seperti aku. Dua hari kemudian,
handphone aku tiba-tiba berdering
keras, terlihat ada sebuah nomor baru yang tertera dilayar. Dengan sigap aku
mengangkat telfon. Terkejut saat suara laki-laki yang bukan muhrim bagiku
menelfonku, tapi aku mencoba untuk tenang dan berbicara dengan baik padanya.
Eh, ternyata salah satu, tim management SGI. Dia meminta maaf atas kekhilafan
yang mereka perbuat yaitu lupa menuliskan namaku. Betapa lega rasanya,
alhamdulillah aku memang benar lulus.
Hari
yang telah aku nanti, 12 Juli 2014, aku pergi dari garu 2 menuju Jln. Setia
budi Medan. Ketika itu masih suasana Ramadhan, sengaja aku bangun lebih awal
untuk bisa langsung pergi menuju SGI setelah menyantap sahur, sholat subuh, dan
mandi. Tepat pukul 06.35 WIB, dengan kendaraan biasa yang aku pakai ketika akan
mengajar, aku pergi naik motor kesayanganku. Melaju dengan kencang. Kala itu
masih belum terlalu ramai jalan rayanya, aku melaju dari jln. Garu 2-SM.
RAJA-JUANDA-MONGONSIDI-PADANG BULAN-SETIA BUDI. Saat dalam perjalanan menuju
lokasi, aku hampir saja menabrak sebuah mobil kijang INOVA berwarna biru dengan
kecepatan kendaraanku 80km/jam. Astaghfirullah, sontak aku dengan cepat
mendadak menarik rem motorku. Aku tersadar aku hampir menabrak. Setelah itu aku
mengusap dadaku sembari berkata dalam hatiku “alhamdulillah ya Allah, aku masih
dalam perlindunganmu, aku masih dapat mengikuti test untuk hari ini, jikalau
aku tertabrak hari ini, maka aku akan
mengikuti test yang akan aku jumpai langsung di liang lahat.”
Akhirnya,
± pukul 07.00 WIB aku sampai dilokasi tempat dimana seleksi tahap kedua akan
berlangsung. Aku terus mencari dimana gedung Dompet Dhuafa, terus dan terus
menerus mencari. Sampai pada akhirnya aku menemukan gedung itu, tapi aku agak
kecewa, kenapa gedung itu belum dibuka. Lantas aku tak masuk ke area tersebut,
aku malah mencari tempat dimana aku bisa duduk, sambil melihat tempat itu sudah
dibuka atau belum. Aku masih gelisah, kecewa, aku seperti orang bodoh yang
dipermainkan. Tapi aku tetap tidak menyerah menunggu, aku sebenernya tidak suka
menunggu, karena menunggu adalah hal yang membosankan, tapi dengan menunggu
kita bisa belajar untuk lebih bersabar. Aku melirik ke arah gedung itu, tapi
tak ada satupun orang yang terlihat beraktifitas digedung itu. Sampai pada
akhirnya, gedung itu dipenuhi oleh beberapa orang yang menunggu juga. Ternyata
mereka juga peserta test. Aku mulai memberanikan diri pada dua orang ini.
Mendekati mereka, tersenyum, bersalaman, menyapanya, lalu memperkenalkan diri
satu sama lain. Mereka adalah Ulfa Wardani dan Rizma Hayani. Dua dari 4 pesrta
lainnya ini ternyata adalah saudaraku. Aku tak pernah sadar akan bertemu
saudara ku disitu. Yang akhirnya Ulfa Wardani lulus seleksi tahap akhir
bersamaku saat ini, di SGI ini lah kami akan terus berjuang layaknya kakak dan
adik.
Test
pun dimulai. Tepat pukul 08.15 WIB, kami diajak ke suatu ruangan. Diruangan itu
nyaman sekali. Orang-orangnya juga ramah. Kami disuruh naik tangga, untuk
keruangan direkturnya. Bang Aslamsyah, adalah orang yang mewawancarai dan
mengetest sejauh mana keterampilan mengajarku berdasarkan RPP yang telah aku
buat. Orang pertama yang ditestnya adalah Abdi Husni Dermawan yang sekarang
menjadi salah satu Mahasiswa SGI-DD VII seperti aku. Beberapa jam kemudian,
ketika giliran kak Ulfa dipanggil, aku mempermisikan dia, dia pada waktu itu
berada di kamar mandi. Eh, ternyata aku yang malah dipanggil. Lalu aku diwawancarai
dan ditest micro teaching.
12
Juli 2014 akhirnya berganti ke 22 Juli 2014, waktu itu aku sedang mengisi
PESANTREN KILAT RAMADHAN di SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu Kab. Serdang Bedagai di
daerah sekitar Medan. Tiba-tiba sekitar pukul 09.50 WIB, telfon seluler ku
bergetar, aku lihat ada pesan masuk. Ketika aku buka ternyata dari SGI,
menyatakan bahwa aku adalah salah satu dari 30 besar yang lulus menjadi
Mahasiswa SGI-DD VII 2014. Aku sangat senang, alhamdulillah, apa yang selama
ini aku inginkan akhirnya terkabul. Alhamdulillah, berucap syukur tak
henti-hentinya aku teriakkan dalam hatiku kepada Sang Pemilik Jiwa. Bahkan
sangking senangnya aku langsung menelfon ayahku, memberitahukan bahwa aku lulus
menjadi salah satu Mahasiswa SGI-DD VII. Ayah dan emakku senang dan bahagia
melihatku. Akan tetapi mereka agak berat merelakan anak perempuannya merantau
jauh. Mereka tahu dengan kondisi fisik aku yang kadang-kadang lemah, susah
makan, belum bisa mandiri. Tapi aku
yakinkan mereka bahwasanya aku harus bisa lebih belajar mandiri, tak selamanya
aku akan bersama mereka, ketika aku menikah nanti, maka kemanapun kaki imamku
melangkah nantinya maka aku akan mengikuti langkahnya asalkan itu masih dalam
koridor syari’at islam.
24
Juli 2014, aku ditelfon untuk memastikan apakah aku akan benar-benar siap
menjadi Mahasiswa SGI-DD VII, dan aku menjawab “SIAP”. Lalu tanggal 25 Juli
2014, aku melihat pengumuman di website resminya. 16 Juli 2014, aku berangkat
menuju bandara KUALA NAMU INTERNATIONAL AIRPORT,tiba di bandara sekitar pukul
10.30 WIB. Tepat pukul 11.25 WIB aku check in di bandara, tapi seharusnya
keberangkatan kami sejak awal jam 12.25 WIB terpaksa harus ditunda selama 30
menit, setelah itu aku, kak Ulfa dan Bang Andi naik ke pesawat 13.30 WIB.
Pesawat take off pukul 13.50 WIB. Sesampainya dibandara SOETTA pukul 15.50 WIB,
akan tetapi kami harus mengambil koper yang kami bawa ditempatnya, kami harus
menunggu selama 30 menit. Alhamdulillah, kopernya dapat. Lalu kami keluar dari
bandara, setelah itu kami langsung mencari musholla, karena kami belum
melaksanakan sholat dzuhur dan ashar, maka dari itu kami menjamak sholat kami.
Tidak hanya sampai disitu, ternyata kami bertemu dengan dua orang teman
perempuan dan seorang laki-laki juga yang menuju SGI. Mereka berasal dari Riau,
sedangkan yang satunya dari Medan . Mereka adalah Peni Yanda, Riyanti, dan Abdi
Husni Dermawan. Dan setelah itu kamipun siap untuk berangkat ke kota BOGOR.
NURHASANAH
SGI-DD VII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar