Sabtu, 30 Agustus 2014

MASUK SGI, SIAPA TAKUT



MASUK SGI, SIAPA TAKUT ?
            SGI? Apa itu SGI?apakah sejenis makanan?
            Tentu saja tidak, SGI bukanlah semacam benda yang bisa kita telan begitu saja. Kalau mau tahu tentang SGI secara singkat akan aku ceritakan beserta kisah perjalananku untuk masuk ke SGI-DD angkatan VII ini, ayo dibaca yach.......
            Ketika itu tahun 2012 untuk pertama kalinya aku mendengarkan sebuah kata yang terdiri dari tiga huruf tersebut diucapkan oleh kakak kos ku Heni. Ternyata SGI itu adalah singkatan dari S untuk Sekolah, G untuk Guru dan I untuk Indonesia. SGI adalah sebuah lembaga yang dinaungi oleh Dompet Dhuafa yang merupakan suatu jejaring perekrutan untuk menjadi guru yang tidak hanya profesional dalam mengajar tetapi juga lebih transpormatif dalam mengajar, mendidik dan memimpin. Nah, untuk itu aku tertarik untuk masuk SGI ini. Setelah membuka websitenya di www.sekolahguruindonesia.net aku semakin terangsang untuk mencari tahu kapan ajang perekrutan akan dibuka kembali setelah membaca visi dan misinya.
Waktu itu kakak kos ku sebut saja namanya Henita Damanik (SGI-DD Angkatan V) yang sekarang masih dalam masa penempatan di Sulawesi Utara. Beliau lah yang mengenalkan aku ke dalam lembah yang menguntungkan bagiku. Karena di tempat ini aku dilatih untuk menjadi guru yang sebenarnya. Beliau adalah seperti kakak bagiku, karena aku tak pernah punya kakak perempuan. Walaupun terkadang aku sering buat dia marah karena suaraku yang keras, acap kali dia menegurku, apalagi kalau dia lagi nonton film kesukaannya, lalu aku membuat keributan, dia langsung menegurku. Dia lah orang pertama yang menginjakkan kakinya di SGI dari UMN AW Medan. Terima kasih untuk kakakku Heni, semoga beliau masih dalam keadaan yang sehat wal’afiat serta dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Awalnya pertama kalinya aku mengetahui adanya perekrutan SGI-DD Angkatan VII dari Suci Rahmadani (SGI-DD Angkatan VI) yang sekarang sedang dalam masa penempatan di Gorontalo. Dia menelfonku ketika aku sudah selesai mengajar. Aku terkejut saat dia bilang dia sudah tak lagi mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Medan. Lalu aku bertanya kepadanya kenapa sudah tak mengajar lagi, maka jawaban yang begitu singkat buatku dipaparkan secara langsung tanpa bertatap muka sekalipun, “aku mau ke BOGOR nur, aku ikut SGI angkatan -VI, ayok nur, seru dech ikutan yach.”
Lalu aku pun menjawab,” aku mau ikut lah ci, aku kan juga pengen ke BOGOR, lihat kota Hujan  itu kayak apa sih, terus aku kan juga mau jadi guru yang lebih profesional, tak ada duit aku ci, mau masuk S2, heheheheheh.”
Begitu singkat percakapan yang aku rasakan bersamanya. Dan ketika itu, aku terus mencari informasi kapan open recruitment SGI selanjutnya. Pada akhirnya aku ditag di facebook (nama jejaring sosial yang lagi populer saat ini) oleh Suci karena opern recruitmentnya sudah dibuka. Ketika itu bulan April 2014,open recruitmentnya awal bulan mei yaitu tanggal 1 Mei-16 Juni 2014, aku rasanya tak sabar untuk masuk ke lembaga itu.
Masih hangat dibenakku, ketika itu aku mendownload formulir pendaftaran, setelah itu, menscan Ijazah lulusan terakhir,Transkrip nilai dan KTP ku. Awalnya, orang tua ku tidak setuju kalau aku jauh dari mereka, karena mereka punya alasan kuat bahwa aku ini adalah anak perempuan mereka satu-satunya. Mereka mengkhawatirkan bagaimana keadaan aku disana nantinya, siapa yang menyiapkan sarapan pagi untukku, menyetrika pakaianku. Tapi aku tetap saja bersikeras untuk meninggalkan mereka. Dengan caraku, aku membujuk mereka untuk memberikan izin untuk mengikuti program Dompet Dhuafa ini. Nah, kalau tidak diizinkan juga aku mau ayah dan ibu menyekolahkan ku ke jenjang yang lebih tinggi untuk menggapai cita-citaku yaitu mengambil gelar Magister (S2) di Universitas Negeri Medan (UNIMED), tapi apalah daya ayahku hanya seorang mantan supir dan emakku hanyalah ibu rumah tangga. Adikku masih kulyah, dan sekarang sudah semester 7, “semoga adik cepat tamat ya, kakak kangen adik lah. Kangen candaan kita dirumah. Tapi doakan kakak ya dek, supaya cepat kembali membawa seorang calon imam yang terbaik yang dipilhkan Allah nantinya setelah mengikuti program ini, kakak mau menyempurnakan separuh iman kakak bersamanya, agar ayah dan emak tidak khawatir bilamana ketika mereka tidak ada nanti kakak sudah bersama imam kakak, kakak juga tidak mau lama-lama menikah, takutnya akan menimbulkan banyak penyakit hati. Maka dari itu kalau kakak sudah menikah nanti, sudah ada yang jaga hati kakak, yaitu suami kakak. Kakak juga mau mengikuti sunnah Rasul untuk menikah. Menikah sambil kakak menempuh S2 di Bogor ini.heheheh. jaga ayah dan emak disana ya, hehehe.”
Orang tuaku sudah memberi izin kepadaku untuk menikah tahun ini, tapi aku belum mau untuk menikah, karena menurutku, aku belum memberikan mereka apa-apa selama ini. Sebagai seorang anak, aku harus bisa mengabdikan diriku kepada mereka, disisi lain menikah juga merupakan ibadah, tapi aku sudah azzamkan dengan niat yang ikhlas, tulus, dan istiqomah selalu dijalanNya, agar aku mengabdikan diri sebagai seorang guru. Aku ingat pesan Pak Arbi, “Antum itu ditarbiyah, maka antum juga harus bisa mentarbiyah, tarbiyah disini kan artinya adalah pendidikan, makanya antum itu cocoknya jadi guru.”
Pesan singkat yang selalu aku ingat yaitu SAMPAIKANLAH WALAU SATU AYAT. Nah, artinya sudah jelas bahwa, kita sesungguhnya dianjurkan untuk menyampaikan ilmu yang bermanfaat bagi umat walau itu tidak terlalu banyak. Maka dari itu aku mau menjadi guru yang lebih baik lagi. Aku sadar bahwasanya aku mempunyai kekurangan dalam berbicara atau menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Tapi aku akan terus berusaha menjadi yang terbaik. Aku tak akan pernah menyerah, selagi itu adalah yang baik dan bermanfaat bagi diriku.
Ketika itu tanggal 3 Mei 2014, dengan melafadzkan basmallah, akupun mengirimkan email ke management SGI-DD. Tanpa terasa waktu terus berlalu, tibalah jua waktu yang ditunggu. Hari itu tepat tanggal 20 Juli 2014, pengumuman seleksi administrasipun diumumkan melalui website SGI. Dengan cepat, akupun pengumuman itu. Aku terus mencari namaku, terus dan terus, sampai pada akhirnya, aku menemukan beberapa nama yang berasal dari provinsi ku yaitu Sumatera Utara. Alhamdulillah, aku bersyukur bisa masuk di seleksi tahap awal, tak pernah ku sangka. Ini seperti mimpi, tapi masih ada test tahap kedua yang harus aku ikuti sebagaimana prosedur yang telah ditetapkan oleh management SGI-DD.
Lucunya, saat itu, yang lulus administrasi harus mengikuti proses tahap kedua yaitu test wawancara dan micro teaching dapat informasi via sms. Isi sms tersebut berinstruksikan untuk melihat lokasi penyeleksiannya. Akan tetapi nama aku tidak tertera di website. Aku hampir tidak percaya, apakah benar aku itu memang lulus atau tidak, tapi kenapa aku dapat sms, sedangkan namaku tidak ditemukan di website  resminya. Akhirnya aku putuskan untuk mengirimkan sms ke nomor contact person yang ada disitu. Aku terus mencoba, menelfon, dan mengirimkan sms  untuk meminta penjelasan, apakah memang benar aku lulus atau tidak, agar hatiku tenang. Tapi tak ada balasan. Aku merasa ragu dengan pengumuman itu, tapi aku biasa saja dalam menyikapinya, mungkin tim SGI kelelahan bekerja, sehingga melupakan seseorang seperti aku. Dua hari kemudian, handphone aku tiba-tiba berdering keras, terlihat ada sebuah nomor baru yang tertera dilayar. Dengan sigap aku mengangkat telfon. Terkejut saat suara laki-laki yang bukan muhrim bagiku menelfonku, tapi aku mencoba untuk tenang dan berbicara dengan baik padanya. Eh, ternyata salah satu, tim management SGI. Dia meminta maaf atas kekhilafan yang mereka perbuat yaitu lupa menuliskan namaku. Betapa lega rasanya, alhamdulillah aku memang benar lulus.
Hari yang telah aku nanti, 12 Juli 2014, aku pergi dari garu 2 menuju Jln. Setia budi Medan. Ketika itu masih suasana Ramadhan, sengaja aku bangun lebih awal untuk bisa langsung pergi menuju SGI setelah menyantap sahur, sholat subuh, dan mandi. Tepat pukul 06.35 WIB, dengan kendaraan biasa yang aku pakai ketika akan mengajar, aku pergi naik motor kesayanganku. Melaju dengan kencang. Kala itu masih belum terlalu ramai jalan rayanya, aku melaju dari jln. Garu 2-SM. RAJA-JUANDA-MONGONSIDI-PADANG BULAN-SETIA BUDI. Saat dalam perjalanan menuju lokasi, aku hampir saja menabrak sebuah mobil kijang INOVA berwarna biru dengan kecepatan kendaraanku 80km/jam. Astaghfirullah, sontak aku dengan cepat mendadak menarik rem motorku. Aku tersadar aku hampir menabrak. Setelah itu aku mengusap dadaku sembari berkata dalam hatiku “alhamdulillah ya Allah, aku masih dalam perlindunganmu, aku masih dapat mengikuti test untuk hari ini, jikalau aku  tertabrak hari ini, maka aku akan mengikuti test yang akan aku jumpai langsung di liang lahat.”
Akhirnya, ± pukul 07.00 WIB aku sampai dilokasi tempat dimana seleksi tahap kedua akan berlangsung. Aku terus mencari dimana gedung Dompet Dhuafa, terus dan terus menerus mencari. Sampai pada akhirnya aku menemukan gedung itu, tapi aku agak kecewa, kenapa gedung itu belum dibuka. Lantas aku tak masuk ke area tersebut, aku malah mencari tempat dimana aku bisa duduk, sambil melihat tempat itu sudah dibuka atau belum. Aku masih gelisah, kecewa, aku seperti orang bodoh yang dipermainkan. Tapi aku tetap tidak menyerah menunggu, aku sebenernya tidak suka menunggu, karena menunggu adalah hal yang membosankan, tapi dengan menunggu kita bisa belajar untuk lebih bersabar. Aku melirik ke arah gedung itu, tapi tak ada satupun orang yang terlihat beraktifitas digedung itu. Sampai pada akhirnya, gedung itu dipenuhi oleh beberapa orang yang menunggu juga. Ternyata mereka juga peserta test. Aku mulai memberanikan diri pada dua orang ini. Mendekati mereka, tersenyum, bersalaman, menyapanya, lalu memperkenalkan diri satu sama lain. Mereka adalah Ulfa Wardani dan Rizma Hayani. Dua dari 4 pesrta lainnya ini ternyata adalah saudaraku. Aku tak pernah sadar akan bertemu saudara ku disitu. Yang akhirnya Ulfa Wardani lulus seleksi tahap akhir bersamaku saat ini, di SGI ini lah kami akan terus berjuang layaknya kakak dan adik.
Test pun dimulai. Tepat pukul 08.15 WIB, kami diajak ke suatu ruangan. Diruangan itu nyaman sekali. Orang-orangnya juga ramah. Kami disuruh naik tangga, untuk keruangan direkturnya. Bang Aslamsyah, adalah orang yang mewawancarai dan mengetest sejauh mana keterampilan mengajarku berdasarkan RPP yang telah aku buat. Orang pertama yang ditestnya adalah Abdi Husni Dermawan yang sekarang menjadi salah satu Mahasiswa SGI-DD VII seperti aku. Beberapa jam kemudian, ketika giliran kak Ulfa dipanggil, aku mempermisikan dia, dia pada waktu itu berada di kamar mandi. Eh, ternyata aku yang malah dipanggil. Lalu aku diwawancarai dan ditest micro teaching.
12 Juli 2014 akhirnya berganti ke 22 Juli 2014, waktu itu aku sedang mengisi PESANTREN KILAT RAMADHAN di SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu Kab. Serdang Bedagai di daerah sekitar Medan. Tiba-tiba sekitar pukul 09.50 WIB, telfon seluler ku bergetar, aku lihat ada pesan masuk. Ketika aku buka ternyata dari SGI, menyatakan bahwa aku adalah salah satu dari 30 besar yang lulus menjadi Mahasiswa SGI-DD VII 2014. Aku sangat senang, alhamdulillah, apa yang selama ini aku inginkan akhirnya terkabul. Alhamdulillah, berucap syukur tak henti-hentinya aku teriakkan dalam hatiku kepada Sang Pemilik Jiwa. Bahkan sangking senangnya aku langsung menelfon ayahku, memberitahukan bahwa aku lulus menjadi salah satu Mahasiswa SGI-DD VII. Ayah dan emakku senang dan bahagia melihatku. Akan tetapi mereka agak berat merelakan anak perempuannya merantau jauh. Mereka tahu dengan kondisi fisik aku yang kadang-kadang lemah, susah makan, belum bisa mandiri. Tapi  aku yakinkan mereka bahwasanya aku harus bisa lebih belajar mandiri, tak selamanya aku akan bersama mereka, ketika aku menikah nanti, maka kemanapun kaki imamku melangkah nantinya maka aku akan mengikuti langkahnya asalkan itu masih dalam koridor syari’at islam.
24 Juli 2014, aku ditelfon untuk memastikan apakah aku akan benar-benar siap menjadi Mahasiswa SGI-DD VII, dan aku menjawab “SIAP”. Lalu tanggal 25 Juli 2014, aku melihat pengumuman di website resminya. 16 Juli 2014, aku berangkat menuju bandara KUALA NAMU INTERNATIONAL AIRPORT,tiba di bandara sekitar pukul 10.30 WIB. Tepat pukul 11.25 WIB aku check in di bandara, tapi seharusnya keberangkatan kami sejak awal jam 12.25 WIB terpaksa harus ditunda selama 30 menit, setelah itu aku, kak Ulfa dan Bang Andi naik ke pesawat 13.30 WIB. Pesawat take off pukul 13.50 WIB. Sesampainya dibandara SOETTA pukul 15.50 WIB, akan tetapi kami harus mengambil koper yang kami bawa ditempatnya, kami harus menunggu selama 30 menit. Alhamdulillah, kopernya dapat. Lalu kami keluar dari bandara, setelah itu kami langsung mencari musholla, karena kami belum melaksanakan sholat dzuhur dan ashar, maka dari itu kami menjamak sholat kami. Tidak hanya sampai disitu, ternyata kami bertemu dengan dua orang teman perempuan dan seorang laki-laki juga yang menuju SGI. Mereka berasal dari Riau, sedangkan yang satunya dari Medan . Mereka adalah Peni Yanda, Riyanti, dan Abdi Husni Dermawan. Dan setelah itu kamipun siap untuk berangkat ke kota BOGOR.
                                                                        NURHASANAH SGI-DD VII

Tidak ada komentar:

Posting Komentar