Senandung Cinta dibalik Hijab
16
Januari 2010, saat itu usiaku (Iza) 20 tahun. Hmmm,...kata orang sih sudah
saatnya ne aku mencari jati diri dan cintaku. Maklumlah, orang tua kita
ngikutin zaman modern. Membiarkan anaknya untuk berpacaran sesukanya, bahkan
mereka sampai tidak bisa mengendalikan diri mereka. Dan akhirnya, lahirlah seorang
bayi malang tanpa pengakuan sang ayah. Beruntunglah kalau ada seorang laki-laki
yang mau bertanggung jawab terhadap bayi itu, tapi miris sekali ketika kita
menemukan seorang bayi yang tak berdosa berada ditempat sampah, bahkan sudah
tidak bernyawa.
Tetap
saja setan tertawa melihat tingkah laku mausia yang seperti itu, mengikuti hawa
nafsu saja tanpa memikirkan bagaimana masa depan mereka kalau mereka melakukan
hal-hal yang dapat menimbulkan dosa saja. Innalillahi,.... Semoga Allah
memaafkan dosa-dosa mereka.
Back
to me, setelah tamat dari sekolah menengah atas, aku berniat mewujudkan cita-citaku dan orang tua ku juga
untuk melanjutkan studi ku ke bangku perkuliahan. Good bye my Senior High
School. I hope U’ll be progressed by all my teachers there. Semoga. Amiin Y
Rabb.
Aku
masuk ke perguruan tinggi negeri melalui jalur SNMPTN. Alhamdulillah aku bisa
lulus di USU (Universitas Sumatera Utara) terletak di Jl. Dr. Mansyur yang
sejak dulu aku impikan dipertengahan bulan Juli. Universitas yang familiar
dikalangan mahasiswa. Sama halnya dengan Mahasiswa yang tidak berasal dari
Medan aku juga tinggal di sebuah in the Kost tak jauh dari kampus tercinta. Jurusan yang aku kehendaki tak jauh-jauh dari
profesi ayahku saat itu ; pertanian. Ya memang kata orang pertanian itu susah
cari kerjanya. What ?????? Tapi akan aku buktikan anak pertanian bisa kerja
tanpa harus ada Dacking (orang dalam). Kata orang itu memang selalu salah ya,
anak pertanian yang belum sidang saja sudah bekerja, bahkan sudah PNS. Heemmmm,....Jangan
takutlah kalau ingin menjadi orang yang sukses.
Dibangku
perkuliahan banyak sekali ilmu, pengalaman dan teman-teman yang lucu yang tak
pernah aku dapat di sekolah dulu. Ketika di semester awal tentu saja bagi
mahasiswa baru belum mengenal kampusnya, so dikampus diadakanlah namanya OPSPEK (Orientasi Program Studi dan
Pengenalan Kampus), kalau di sekolah waktu itu namanya MOS (Masa Orientasi
Siswa). Saat itu aku dan kawan-kawan Fakultas Pertanian disuruh bawa topi
caping, pete, cabe, bawang pokoknya segala yang berbau tanaman lah (so pasti yang mudah didapat dan
dimakan). Jam 6 pagi sudah stand by dilapangan, siapa yang telat datangnya akan
dihukum. Hukumannya yaitu diceburkan ke paret kampus yang kotor dan bau. Hiii,
serem banget ya hukumannya. Aku pernah kena 1x cause telat z, yang akhirnya aku
harus mandi lagi diparet yang jorok. Baju kemeja putihku sudah tak tampak putih
lagi, sudah disulap menjadi warna hitam yang gak jelas. Heee,., itu cerita
disemester awal.
Sebulan
setelah OPSPEK berlalu, aku dan kawan-kawan kembali berkuliah seperti biasa.
Banyak kakak kelas yang menawarkan organisasi internal maupun eksternal kampus.
Berbagai macam organisasi dikampus hingga hanya beberapa saja yang aku tahu,
diantaranya LDK (Lembaga Dakwah Kampus), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia), HIMMAH (HImpunan Mahasiswa AL Washliyah), HMI (Himpunan Mahasiswa
Islam), dll.
Sampai
pada akhirnya rasa ingin tahuku tentang organisasi dikampus, lalu aku
memutuskan untuk mengikuti salah satu organisasi kampus yang menurutku
bermanfaat didunia dan akhirat. LDK, ya pilihan yang tepat untukku, aku
mengikuti rangkaian acara LDK selama 2 hari. Perekrutan dari LDK dinamakan PPI
I (Program Pemahaman Islam I) sebagai gerbang awal aku mengikuti LDK. Dari LDK
lah aku mendapatkan seorang kakak pendamping yang bisa membimbingku melangkah
ke awal memakai hijab yang sebenarnya. Hijab atau yang biasa kita sebut Jilbab
merupakan sehelai kain suci yang dapat mengantarkan kita kepada kebaikan dan
perlindungan dari Allah *). Sudah tertera denga jelas kewajiban seorang wanita
muslimah untuk menutup auratnya dengan berjilbab sebagaimana terdapat dalam Al
Qur’an surah An Nur (24 : 30-31), Al Ahzab (33 : 32 dan 59).
Dipertengahan bulan Oktober untuk pertama kalinya aku
mengikuti Tarbiyah bersama kawan-kawan. Serulah, disitu aku diajarkan mengaji
dengan tajwid yang benar, mendapatkan ilmu, boleh bertanya apa saja yang aku
mau dan diajarkan untuk bisa berbicara dengan lebih berani ditambah lagi dengan
diberikannya konsep dakwah.
Semuanya berlanjut
hingga kakak pementor ku meminta ku untuk mengikuti follow up dari PPI I yaitu
PPI II. Aku tidak tahu kapan yang pasti itulah yang beliau katakan padaku.
Detik ke detik, menit
ke menit, jam ke jam, hari berganti hari, bulan pun mulai berganti hingga
akhirnya PPI II aku tinggalkan. Memang tak ada minat untuk mengikutinya. Aku
mulai berganti haluan, aku mencoba mengikuti organisasi eksternal kampus. KAMMI,
antara LDK dan KAMMI tidak jauh berbeda, hanya saja KAMMI organisasi eksternal
kampus. Gerbang awal menuju KAMMI adalah Training Motivasi (Pra DM). Setelah
mengikuti Training tersebut ternyata masih ada follow up-nya yaitu DM I
(Daurhah Marhalah I) yang sebelumnya calon kader harus mengikuti beberapa tes
yang sudah dirancang oleh panitia. Tes pertama adalah rekomendasi dari kakak
pementor, tes kedua adalah tilawah, dan yang terakhir adalah wawancara. Sangat
tersirat difikiranku pertanyaan yang pernah dilontarkan kepadaku adalah tentang
PACARAN. Menurut pandanganku, pacaran itu tidak ada dalam Al Qur’an dan sama
sekali tidak diajarkan oleh Rasulullah sendiri, pacaran adalah budaya orang
kulit putih (Barat) yang telah masuk ke Indonesia sejak dulu. Jawaban yang
sempurna, sampai-sampai aku tidak tahu berapa skor yang aku peroleh dari
menjawab pertanyaan itu.
Setelah mengikuti DM
I selama 3 hari 2 malam, maka aku resmi telah menjadi pengurus di KAMMI dalam
suatu musyawarah (MUSKOM I & II).
Ketika semester 2
sampai 3 tidak ada kendala untuk ku melakukan kewajiban ku sebagai anggota dan tidak
melanggar Bai’at yang sudah diucapkan jauh-jauh hari saat DM I. Maka diakhir
semester 4, aku mengenal sosok seorang
ikhwan tarbiyah yang tak jauh juga dari kampus bahkan aku hanya mengenal
namanya saja. Ya, dia yang tak perlu aku sebutkan namanya.
Persoalannya waktu
itu dia ingin mengulang mata kuliah
semester 4 lantaran dia mendapatkan nilai C. So, dia ingin namanya juga
dituliskan diabsen, ketika itu bahkan sampai sekarang aku yang terkadang
memegang absen. Lalu komunikasi pun dimulai dari ku, karena rasa penasaran yang
saat itu dihatiku. Aku berinteraksi lewat sms saja. Bahkan aku tak sadar apa
yang telah aku bicaraka bersamanya lewat mobile phone.
Sudah
berminggu-minggu aku melakukan hal tersebut. And then, suddenly, dia pun mulai
mengajak ku keluar malam, jalan-jalan, makan-makan. Indahnya pada saat itu, aku
pun tak tahu kenapa aku bisa seperti itu, padahal aku tahu hal itu memang
terlarang untuk kami berdua. Berkhalwat, peganga tangan, sempat kami lakukan.
Betapa berdosanya aku. Ya Rabbi, ampuni dosaku.
Tak berapa lama
sekitar 6 bulan ku jalani hubungan terlarang tersebut, in fact, hubungan ku
dengannya akhirnya ketahuan. Padahal, aku sudah menutupinya dengannya,
kawan-kawan dari organisasi menanyakan hal ini. Sampai akhirnya aku pun diiqob
selama 2 bulan.
Selama 2 bulan ku
jalani iqob ku, dari mulai Februari-April. So iqobku pun selesai. Aku tak tahu
apakah dia juga diiqob ataupun tidak.
Bahkan aku tak bisa
melupakan dia, jadi kami masih menjalani hubungan terlarang ini. Meskipun aku
sering mendesak dia untuk menikah dengan ku.
bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar